Minggu, 27 Maret 2016

Sejarah Konseling



`BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan manusia ini ada karena manusia dianugerahi akal dan fikiran sehingga membedakannya dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Sebab itulah manusia dikatakan sempurna.
Dengan fikiran dan akalnya, manusia diharapkan akan dapat menata hidupnya sesuai dengan hakikatnya sebagai seorang manusia. Namun seringkali, manusia itu mengalami berbagai masalah ketika berfikir. Ini bisa saja terjadi akibat dari proses berfikirnya yang tidak sesuai dengan keadaan nyata yang ada dalam kehidupannya sehingga menimbulkan pergulatan dalam dirinya sendiri, akibatnya banyak masalah yang timbul dan perlu mendapatkan penanganan khusus seperti melakukan  bimbingan dan konseling kepada seseorang untuk menyelesaikan masalahnya.
Bimbingan dan Konseling merupakan cabang ilmu yang belum lama popular. Namun keberadaannya sebagai satu cabang ilmu sudah sangat mendatangkan banyak manfaat, terutama untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan masalahnya. Hal ini sebagaimana tujuan dari konseling itu sendiri adalah untuk membantu seseorang dalam mengatasi masalahnya sehingga dapat tercipta ketentraman hidup yang seperti apa ia inginkan dan tentunya tidak menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.
Sebagai seorang Konselor, sudah selayaknya mengetahui banyak hal mengenai kekonselingan mulai dari sejarahnya hingga hal-hal yang lebih spesifik lainnya. Seorang Konselor itu harus terdidik dan mempunyai keahlian khusus dalam penanganan kliennya. Harus mampu mengarahkan klien ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Seorang Konselor juga harus tahu mengenai Kode Etik Konselor, teori-teori dan sebagainya.
Untuk itu, perlulah dipelajari dari hal yang paling mendasar seperti mempelajari mengenai Perkembangan Konseling di dunia. Hal ini ditujukan agar seorang Konselor mempunyai banyak pengetahuan mengenai kekonselingan di dunia sehingga dapat berjalan dengan lancar proses konseling itu. Seperti kita ketahui, takkan sampai kita ke tempat tujuan sebelum tahu rute mana saja yang harus ditempuh, sama halnya dengan proses Konseling. Takkan berhasil proses itu sebelum kita tahu darimana berasal dan untuk apa perlu dikembangkan. Sehingga terlebih dahulu perlu mengetahui mengenai perkembangan konseling tersebut. Sebagaimana isi makalah yang kami paparkan ini.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Dunia Pendidikan Amerika Serikat?
2.      Bagaimanakah Perkembangan Program Konseling di Lembaga dan Organisasi?

C.    Metode penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan yaitu metode kepustakaan dan metode internet browsing.

D.    Tujuan penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya adalah untuk memenuhi tugas dosen Kode Etik Konseling yang dibimbing oleh bapak Drs. H. Abdullah, M.Si,   dan untuk menambah serta memperluas wawasan mengenai Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Dunia Pendidikan Amerika Serikat dan Perkembangan Program Konseling di Lembaga dan Organisasi, serta untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dibidang Kode Etik Konseling








BAB II
PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI DUNIA PENDIDIKAN AMERIKA SERIKAT
Meskipun tidak jelas tercatat waktu dimulainya psikologi konseling sebagai sebuah profesi, namun sejarah mencatat nama Jesse M.Davis pada tahun 1898 sebagai orang yang pertama kali melakukan kegiatan ini.[1] Proses konseling banyak dikembangkan di Amerika Serikat. Perkembangan bimbingan dan konseling di dunia pendidikan Amerika Serikat pun terbagi menjadi lima era. Berikut kami paparkan.

a.       Era Perintisan (1908-1913)
Pada 1908, Frank Parsons mengorganisasikan sebuah lembaga kecil dan independen, Boston Vocational Bureau, untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan pelatihan bagi anak-anak muda yang ingin mencari kerja di bidang tertentu, dan melatih para guru di sekolah-sekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor pekerja bagi siswa-siswanya yang akan lulus atau siswa-siswanya yang ingin memfokuskan belajar, keahlian dan studi lebih jauh untuk meraih kerja di bidang tertentu.[2] Setahun kemudian Frank Parsons menerbitkan semua aktivitas biro  dan metode yang digunakan tersebut kedalam buku yang terbit tahun 1909, Choosing a Vocation, yang di dalamnya menguraikan peran konselor dan teknik yang digunakan dalam konseling pekerjaan. Buku tersebut juga dibagi dalam tiga wilayah utama yaitu: investigasi pribadi, investigasi industri, dan investigasi organisasi dan bidang kerja. Buku tersebut masih relevan jika dijadikan pedoman hingga sekarang.
Upaya perintisan tersebut menghasilkan suatu profesi baru yaitu bimbingan dan konseling, sehingga dalam dunia pendidikan Amerika Serikat, Frank Parsons dianggap sebagai ‘bapak gerakan bimbingan dan konseling’. Parsons sadar bahwa dia sedang merintis disiplin ilmu baru, namun tidak menduga perkembangannya begitu pesat. Tahun 1913, fledgling guidance movement atau gerakan bimbingan anak-anak muda yang belum berpengalaman untuk bekerja tumbuh pesat sehingga muncul organisasi Nation Vocational Guidance Association dengan jurnal pertama Vocational Guidance. Istilah guidance (bimbingan) menjadi label pertama selama 50 tahunan. Namun, karena hanya difokuskan pada bimbingan kepada anak muda mengenai pekerjaan, maka label tersebut usang hingga 60 tahun kemudian muncul gerakan yang mirip yaitu gerakan pendidikan karir dan bimbingan career education and guidance movement.
Menurut Rockwell dan Rothney dalam buku Bimbingan dan Konseling yang ditulis oleh Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, para pemimpin awal yang lain digerakan tahun 1913 di Amerika Serikat tersebut adalah Jessie B. Davis, Anna Y. Reed, Eli W. Weaver dan David S. Hill. Tokoh-tokoh tersebut memberikan kontribusi yang mirip dengan yang dilakukan Parsons dalam gerakan bimbingan pekerjaan.
b.      Era Perang Dunia I (1914-1934)
Pada tahun 1905, Alfred Binet dan Theodore Simon mengenalkan tes kecerdasan, kemudian tahun 1916 versi revisinya diperkenalkan di Amerika Serikat oleh Lewis M. Terman beserta para koleganya di Universitas Stanford. Ketika memasuki Perang Dunia I, tim peneliti membuat ‘Army Alpha Test’ yang bisa diaplikasikan kepada ribuan wamil sekaligus. Setelah perang berakhir, tes ini dipadukan dengan teknik psikometrik lainnya untuk menilai kompetensi siswa sekolah. Pada tahun 1920-an ekperimen Prohibition  dimulai dan mempengaruhi perkembangan lebih jauh filsafat berorientasi manusia.
Program yang terorganisasikan muncul dan memulai pengfungsian disiplin, sehingga menitikberatkan pada upaya pembantuan siswa yang mengalami  kesulitan akademis atau pribadi dikirim ke guru BK untuk merubah perilaku dan memperbaiki kelemahan.
William Burnham menekankan peran guru untuk memajukan kesehatan mental anak dan membentuk departement konseling yang tanggung jawabnya memberikan konseling kepada anak dan orang tuanya mengenai proses belajar siswa.
c.       Era Perang Dunia II (1935-1950)
Meski di dekade 1930-an masyarakat Amerika Serikat sibuk memperdebatkan kebijakan FDR mewaspadai  perkembangan militer Jerman dan potensi ancaman Hitler  bagi perdamaian dunia, namun gerakan bimbingan terus berkembang luas bahkan menjadi topik yang makin populer sampai-sampai beberapa kampus ikut mengadopsinya. Ratusan keberatan, dukungan, kritik, dan pesimisme memenuhi literatur-literatur pendidikan era itu sehingga lembaga-lembaga pendidikan dan yayasan akademis formal dan tradisional membentuk komite-komite khusus untuk mempelajarinya. Namun demikian, secara umum banyak pihak kemudian mulai mengakui manfaat gerakan ini. Contohnya, Asosiasi Guru-guru Negara Bagian New York menerbitkan laporan di tahun 1935 yang mendefinisikan konsep bimbingan dari gerakan ini sebagai “proses membantu individu-individu membuat penyesuaian hidup yang dibutuhkan. Proses ini jelas esensial dan vital, sangat diperlukan entah di rumah, sekolah, komunitas dan di semua fase lain lingkungan hidup individu tersebut” (New York Teacher Association, Hal 10).
Seperti kerancauan yang terjadi tahun 1960-an antara penggunaan yang secara bergantian istilah “bimbingan” dan “konseling”, maka kerancauan yang sama juga terjadi di tahun 1930-an ini, yaitu antara istilah “personalisasi murid” dan “bimbingan”. Dan kerancauan ini makin buruk ketika salah satu juru bicara gerakan, John Brewer (1932) menggunakan istilah pendidikan dan bimbingan sebagai sinonim. Karena itulah, Sarah M.Sturtevant (1937) berusaha menajamkan kerancauan ini dengan menambahkan pertanyaan yang terkait gerakan bimbingan di SMP yang tengah berkembang waktu itu: Apa yang dimaksud dengan gerakan bimbingan? Apakah esensi dari program bimbingan yang berfungsi? Apa yang disebut personalisasi dan apakah kualifikasi yang mestinya dimiliki oleh pembimbing untuk mencapai program bimbingan yang baik? Apakah efek dari pendidikan individualisasi ini? Sayangnya pertanyan ini baru bisa dijawab 65 tahun kemudian.
Selama akhir dekade 1930-an hingga awal 1940-an, pendekatan faktor sifat untuk konseling mulai populer. Teori yang sering dilabeli oleh teori “direktif” ini menerima stimulus dari tulisan-tulisan E.G Williamson (1939) dan rekan-rekannya. Meskipun kritikan banyak dilontarkan kalaw pendekatan ini terlalu ketat dan mendehumanisasi individu, namun Williamson tetap yakin pada nilai teorinya : “Ketika menggunakan pendekatan faktor sifat, maka anda sering memperbaiki pemahaman anda sendiri lantaran menggunakan data yang memiliki kemungkinan keliru pengestimasiannya lebih kecil ketimbang data tes, yang kendati penilaiannya sudah ketat namun masih memiliki kemungkinan keliru pengestimasian lebih besar: Variabelitasnya” (Ewing, Hal. 84).
Di tahun 1930-an itu juga, arah yang memungkinkan untuk memberikan bimbingan dijenjang SD dianjurkan oleh gerakan belajar anak yang berpandangan guru semestinya berperan menyediakan bimbingan untuk setiap siswa di ruang kelasnya. Publikasi Zirbes (1949) dan para pendidik yang lain menguraikan panjang lebar cara-cara membimbing pengalaman belajar anak tersebut. Studi intensif setiap anak direkomendasikan dengan tujuan memahami kenapa anak berhasil atau gagal mencapai tugas perkembangan tertentu. Pendekatan populer ini segera merambah jenjang SMP  dan akhirnya membentuk slogan “setiap guru adalah pembimbing”.
Ketika Amerika Serikat berangsur-angsur pulih dari Perang Dunia II, gerakan bimbingan dan konseling mulai menapaki vitalitas dan arah yang baru. Seorang kontributor penting untuk arah baru ini, dengan pengaruhnya yang besar sebagai gerakan konseling di sekolah dan masyarakat, adalah Carl R. Rogers (1902-1987). Rogers mengusulkan sebuah teori konseling baru di dua buku terpentingnya yaitu Rorgers menawarkan konseling non-direktif alternatif untuk metode tradisional yang lebih direktif sifatnya. Ia juga menekankan tanggung jawab klien untuk memahami problemnya sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri. Teori konseling ini segera dilabeli ‘non direktif’ (tidak mengarahkan) karena berkebalikan dengan pendekatan tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat menangani problem klien. Ide Rogers bahwa klien yang mestinya terlibat aktif menyelesaikan problem yang dihadapinya malah membangkitkan kontroversi teoritis serius didalam gerakan bimbingan dan konseling. Buku Rogers berikutnya yang merupakan hasil dari riset dan praktik terapi dari buku pertama satu dekade sebelumnya. Buku itu mengusulkan perubahan sematik dari konseling non direktif menjadi ‘berpusat klien’, namun yang lebih penting lagi, meletakkan titik berat pada kemungkinan penghasilan pertumbuhan dalam diri klien.
Lebih dari siapapun, Rogers memengaruhi cara konselor Amerika berinteraksi dengan klien. Selain itu, pandangan tentang klien sebagai individu yang setara, dan pandangan positifnya mengenai potensi seseorang tampaknya lebih konsisten dengan cara hidup dan tradisi demokratis orang Amerika sendiri ketimbang teori-teori berbasis Eropa. Pengaruh menakjubkan Rogers ini menghasilkan sebuah penitikberatan pada konseling sehingga aktivitas primer dan mendasar para konselor sekolah. Ia juga menyediakan teori yang mudah dimengerti dan berorientasi optimistik. Selama bertahun-tahun Rogers terus meriset, mengetes, merevisi dan menantang siapapun untuk mengetes teorinya.
Dimensi lain teknik konselor di akhir 1940-an, dan lagi-lagi Rogers kontributor pentingnya, adalah konseling kelompok. Sementara kontributor lainnya, dengan menggunakan data riset yang dikumpulkan oleh tim peneliti angkatan bersenjata terhadap dinamika kelompok kecil, mengembangkan sebuah kerangka teoritis yang didalamnya konselor sekolah dapat mengintegrasikan keahlian dan proses konseling  individual dan peran-peran dinamis dan interaksi-interaksi individu dalam lingkup kelompok.

d.      Era Perang Dingin (1950-1980)
Pada tahun 1957, Uni Soviet menggemparkan dunia lantaran sukses meluncurkan satelit pertama manusia. Kejadian ini secara signifikasi meningkatkan gerakan bimbingan konseling di Amerika Serikat yang memengaruhi para konselor untuk mendesak pemerintah agar meningkatkan mutu pendidikan yang menghasilkan sebuah legislasi yang didorong dengan kritik publik mengenai pendidikan tradisional yang kegagalannya menyediakan personil-personil terlatih yang dibutuhkan bagi pendidikan anak-anak, bahkan secara menyeluruh. Legislasi ini di beri nama National Defense Education Act, yang didirikan pada bulan September tahun 1958 yang menjadikan satu tonggak penting pendidikan di Amerika.
Perkembangan program bimbingan dan konseling secara yuridis atau formal mendapat anggaran khusus dari belanja negara dan negara menyediakan sumber daya tak terbatas yaitu:
a.    menginstruksikan dan memberi dukungan bagi setiap negara bagian untuk membangun, mengembangkan dan mempertahankan setiap program bimbingan di komunitas-komunitas lokal,
b.    menginstruksikan dan memberi dukungan bagi lembaga pendidikan tinggi untuk melatih secara khusus personil pembimbing disetiap program lokal tersebut.
Enam tahun kemudian, pada September 1964 pengaruh piagam ini bisa dideteksi dari pengumuman Departemen Kesehatan Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat yang menyatakan kalau dalam waktu singkat telah memberikan total dana hampir 30juta dolar kepada negara-negara bagian, sehingga meningkatnya konselor SMA. Awalnya, pada tahun 1958 hanya 12.000 di tahun 1958 menjadi 30.000 di tahun 1964. Dan mendukung 4 institut yang khusus mendidik para konselor dan guru SMP untuk menjadi konselor profesional.
Untuk membantu lebih dari 600.000 siswa SMA di Akademik untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang Strata satu dengan beasiswa pemerintah. Hal ini dipicu dengan pertumbuhan cepat bimbingan konseling ini standar sertifikasi dan performa konselor sekolah mulai dikembangkan dan ditingkatkan kriteria pengakreditasian evaluasi bimbingan program Sekolah diperkuat. Perkembangan ini memberikan bantuan ilmiah yang sangat besar yang membantu setiap anak berhubungan langsung dengan guru dan mata pelajaran bisa dikalkulasi ulang untuk menumbuhkan potensi kemampuan setiap siswa.
Di tahun 1960-an perkembangan terpenting Bimbingan dan Konseling sekolah adalah dengan terbitnya Statement of policy for Secondary school Counselors oleh asosiasi konselor sekolah yang dikembangkan dan disetujui sebagai pernyataan kebijakan resmi American School Counselor Assosiaion (ASCA) upaya ini melibatkan 6000 konselor sekolah dan guru.
Di tahun 1973 nasional Commision On The Reform of Secondary Education menerbitkan laporan yang berisi 32 rekomendasi bagi perbaikan kejenjang SMP yang memfungsikan konselor SMP untuk fokus dalam bimbingan dalam arah penempatan pendidikan sesuai karier terbaik yang bisa dan ingin diraih oleh siswa nantinya. Selama pertengahan tahun1970-an hingga awal 1980-an perkembangan mempengaruhi Konselor Sekolah dan lingkup-lingkup lain. Meskipun hukum sertifikasi negara bagian awalnya diperuntukkan bagi konselor sekolah di setiap negara bagian, namun para konselor tersebut ikut serta juga dalam gerakan itu hingga tahun 2006.
Empat puluh delapan (48) negara bagian Plus Disrtric of Columbia telah mengesahkan legislasi untuk merensensi para konselor lingkup sekolah dan luar sekolah. Dalam konseling di Amerika terkenal dengan CACREP (Council for Accreditation of Counseling and Related Educational Programs) konsul independen ini diciptakan untuk mengembangkan secara khusus penegakan standar bagi penyiapan tingkat kelulusan konseling profesional.
CACREP ini bekerja sama dengan program strata 2 konseling dan bidang pendidikan terkait lainnya sehingga dapat mencapai status terakreditasi. Delapan (8) wilayah inti kurikulum yang umumnya dibutuhkan untuk akreditasi ini menurut aturan Council For Accreditation Of Counseling and Related Educational programs edisi 2001 adalah:
• Identitas Profesional
• Keragaman Sosial Budaya
• Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
• Pengembangan Karier
• Hubungan-hubungan Perbantuan
• Kerja Kelompok
• Asesmen
• Riset dan Evaluasi Program

e.       Era Globalisasi (1980-sekarang)
Pada tahun 1982, dibentuklah National Board for Certified Counselor, Inc (NBCC) yang berfungsi memonitor sistem sertifikasi nasional, mengidentifikasi para profesional dan komunitas konselor yang memilih profesi ini dengan suka rela dan memperoleh sertifikasi, dan mempertahankan keanggotaan komunitas konselor tersebut.[3]Dengan demikian, para konselor yang telah memenuhi standar-standar NBCC dalam pelatihan, pengalaman dan penampilan akan memperoleh pengakuan resmi di  National Counselor Examination for Licensure and Certification (NCE). Pada tahun-tahun belakangan, NBCC telah mendirikan banyak lembaga yang berhubungan dengan konseling ini. Di antaranya yaitu, Center for Credentializing and Education; Web Resources for Counseling Student; pusat penjaminan; dan registri nasional untuk para konselor. NBCC juga telah menciptakan NBCC-Internasional. Yaitu suatu divisi National Board for Certified Counselors, Inc dan rekanan-rekanannya di luar Amerika Serikat.
Ujian NBCC telah banyak digunakan oleh lebih dari 40 negara bagian, untuk menghasilkan konselor yang handal dan profesional di tingkat negara bagian. Pada awalnya, ini adalah lembaga bentukan dari ACA. Tetapi sekarang NBCC menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan terpercaya dan tetap bekerja sama dengan ACA. ACA sendiri berkonsentrasi kepada perkembangan profesional seperti publikasi, loka karya, dan hubungan pemerintah di bidang konseling. Sedangkan NBCC lebih fokus pada peningkatan kualitas konseling melalui NBCC telah diakreditasi sejak Oktober 1985 oleh National Commisssion for Certifying Agencies (NCCA). NCCA ini sendiri ialah suatu organisasi regulasi nasional yang berdiri sendiri yang mengamati proses-proses pengesahan lembaga-lembaga yang menjadi anggotanya, seperti NBCC. Pada tahun 2006, telah tercatat terdapat 40.017 konselor yang sudah tersertifikasi secara nasional.[4]
Pada tahun 1983, National Commission on Excellence in Education yang ditunjuk langsung oleh presiden, menerbitkan suatu laporan yang berjudul A Nation at Risk.[5]Meskipun laporan ini tidak terlalu berhubungan dengan program konseling, tapi laporan ini mengizinkan program apapun untuk dikerjakan selama mendukung proses belajar anak. Antara tahun 1980-an hingga 1990-an, muncul permasalahan-permasalahan sosial yang memengaruhi anak-anak. Seperti isu-isu penyalahgunaan obat, penganiayaan anak, dan masih banayak lagi. Sehingga terjadi pertumbuhan konseling pada kalangan SD. Dan pada tahun 2006, di 23 negara bagian telah diresmikan pemandatan konseling SD dalam rangka peningkatan minat dan atensi bagi pencegahan terhadap timbulnya masalah-masalah.
Selama tahun 1990-an, terjadi peningkatan program-program konseling sekolah dan jasa bimbingan karier secara signifikan karena adanya perubahan-perubahan dramatis di dunia kerja. Pada tahun 1986, laporan penting dari Keeping the Option Open yang diterbitkan oleh College Entrance Examination Board, program bimbingan dan konseling difokuskan untuk menyediakan pendampingan karier. Di akhir 1980-an hingga awal 1990-an, konseling khususnya dalam bidang karier, dikembangkan ke berbagai arah baru dan yang juga muncul di tahun 1990-an ialah peningkatan dramatis minat pada konseling multibudaya.
Pengaruh langsung lain terhadap program konseling sekolah adalah School-to-Work Oppertunities Act 1994. Legislasi ini menyediakan suatu kerangka kerja dalam sistem peluang dari sekolah ke dunia kerja di semua bagian negara. Konseling dalam hal karier ini menjadi prioritas tinggi. Hal yang sangat memengaruhi hal ini ialah perkembangan teknologi dan komunikasi. Dalam hal media konselingnya pun ikut berkembang pesat seiring perkembangan teknologi dan komunikasi ini.

B.     PERKEMBANGAN PROGRAM KONSELING DI LEMBAGA DAN ORGANISASI

Gerakan kesehatan mental sama seperti gerakan bimbingan kerja, berakar dari kerja keras seseorang diawal 1900-an: Clifford Beers seorang pasien yang menderita skizzofrenia yang dirawat di institusi mental bertahun-tahun.[6] Kenapa kenseling pada saat itu dapat timbul dan muncul pada lembaga dan organisasi? Karena adanya dan mulai munculnya reformasi kemanusiaan dan penelitian ilmiah tentang penyakit mental dan cara merawatnya. Willia dan Adolph Meyer yang memulai meluncurkan gerakan kesehatan mental yang bertujuan untuk mendidik masyarakat luas agar dapat menghargai lebih baik kondisi pribadi. Pribadi-pribadi yang terganggu mentalnya dan melakukan perawatan seoptimal mungkin. Manusia adalah produk lingkungan bukan produk turunan sehingga institusi dalam hal menangani masalah atau penyakit mental secara lokal mendapat dukungan yang sangat besar. Sehingga menjadi perintis pada pusat kesehatan mental komunitas yang disebut psychopthic hospital karena dibangun ditengah komunitas dan dirancang untuk menyediakan rawat jalan bukannya rawat inap. Meski banyak cemooh pada waktu itu, namun model tersebut berhasil meningkatkan standar perawatan dan pencegahan gangguan mental di komunitas dan berhasil membangun klinik-klinik untuk anak-anak yang terganggu.


a.    Era Perang Dunia (1914-1950)
Pada perang dunia pertama hanya mampu mengembangkan dan menggunakan sekelompok tes standar pasca perang, namun dapat menghasilkan dua produk yang salah satunya yaitu konseling rehabilitas. Dua produk pengembangan itu adalah Civilian Vocational Rehabilitation Act dan setahun kemudian muncul Public Law, yang dapat menyediakan keuntungan lainnya seperti jasa rehabilitasi pekerjaan bagi para veteran seperti konseling dan bimbingan. Walau konseling rehabilitas pada saat itu tidak berkembang dengan baik atau yang biasa disebut dengan konseling psikologi yang khusus merehabilitasi individu yang memiliki problem fisik, sosial dan emosi. Dalam perkembangan sejarahnya konseling rehabilitas melewati beberapa model. Seperti model agen kerja, model pelatihan atau model pekerjaan, model konselor pekerjaan atau model koordinator, layanan model psikoterapeutik, model tim konselor yang berbasis komunitas.
Abad 1904 sampai 1929 merupakan perkembangan yang sangat pesat karena berisi pengembangan basis ilmiah untuk banyak wilayah pengetesan standar, pembelajaran dan pegembangan manusia, dan psikologi. Salah satu teoeritis pada waktu itu yang mencolok adalah Alderian yang merintis konseling keluarga dan teorinya yang memengaruhi fondasi bagi konseling anak. Pada abad XX komunitas gerakan kesehatan mental mencerminkan keragaman fokus yang sangat besar dan memadukan ciri ideologi maupun praktis.
Setelah perang dunia ke-II, serangkaian perundangan federal memberikan mandat kepada sejumlah lembaga untuk menyediakan operasional untuk praktik kesehatan mental komunitas, yang dimulai dan disahkan oleh National Mental Health Act 1946, menghasilkan National Institution Of Mental Health yang melibatkan tentang kesehatan mental publik. Selain itu mendukung setiap negarawan untuk merancang sebuah lembaga mental dan memperbaiki kesehatan mental komunitas. Veterans Administrasion (VA) menyediakan pendidikan khusus bagi veteran sehingga menerima pelatihan pelayanan konseling yang disponsori VA di kampus-kampus. Setelah perang dunia kedua konselor menemukan peluang yang semakin meningkat dibidang rehabilitas pekerjaan dan pelayanan pendididkan di VA kerena bidang ini berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan personilisasi angkatan dan personilisasi veteran. Konseling diakui sebagai keistimewaan di bidang psikologi, pada tahun 1946 (Psikologi Konseling) dibentuk dan Dr. E.G. Williamson sebagai presiden pertamanya. Sehingga hal itu berkembang dan meluas dengan cepat pada tahun 1951 setelah diselenggarakan koferensi di Universitas Northwestern yang dipimpin langsung oleh presidennya. Selain itu beliau dapat menggairahkan minat psikolog dan publik kepada psikoterapi karena tulisannya.

b.    Era Perang Dingin (1950-1980)
Secara historis konseling pernikahan dan keluarga telah muncul sejak tahun 1930-an. Namun baru mulai ada spesialisasi sejak tahun 1950-an yang disebabkan karena kondisi yang dramatis pasca-perang dunia kedua. Selain itu perang dunia kedua juga menyebabkan meningkatnya angka perpisahan dan perceraian pada tingkat pasangan-pasangan muda dan kemudian memicu perkembanagan terapi pernikahan menjadi semakin pesat. Di tahun 1960-an minat penyediaan bantuan konseling bagi pasangan dan keluarga semakin berkembang seiring meningkatnya gaya hidup baru berpasangan. Pada periode ini Brown & Christensen menyatakan bahwa pergerakan terapi pernikahan semakin meningkat dari analisis individu menuju terapi pernikahan kedua pasangan.
Dari  periode setelah perang dunia kedua juga terlihat perluasan cepat tentang layanan kesehatan mental komunitas. Sekitar dua ribu pusat yang didirikan diharapkan sanggup menyediakan lima layanan kesehatan mental esensial berikut:
1.        Rawat inap sementara (beberapa hari).
2.        Rawat jalan.
3.        Rawat parsial (contohnya dirawat siang dan malam saja)
4.        Penanganan darurat (contohnya layanan krisis 24 jam)
5.        Konsultasi (contohnya layanan tidak langsung) dan edukasi komunitas (untuk pencegahan).
Selain itu menurut Joger & Slotnic agar sebuah pusat bisa dianggap komprehensif lima layanan perlu diberikan, yaitu: (a) diagnosis, (b) rehabilitasi, (c) perawatan awal dan tindak lanjut, (d) pelatihan staf, dan (e) riset dan evaluasi.
Jumlah pasien di institusi negara baru terjadi penurunan pada tahun 1955. Penurunan ini bergerak stabil hingga 20 tahun kemudian meski masih terjadi penambahan divisi. Hal ini jelas merupakan bentuk implikasi dari pertumbuhan layanan kesehatan mental lokal.
Trauma perang Vietnam dan pasca perang kedua mengakibatkan banyak veteran dan keluarga membutuhkan konseling kesehatan mental. Pada tahun 1960-an dan 1970-an juga terjadi peningkatan kasus penyalahgunaan obat dan kesadaran publik akan kesehatan dan seriusnya problem yang dimunculkannya disemua usia mengarah pada riset-riset baru, pengembangan program pelatihan yang berbeda, dan pertumbuhan era spesialisasi yang lain bagi para konselor. Karena itu pada tahun 1975 Community Mental Health  Centers Amandments mendefinisi ulang ide pusat kesehatan mental komunitas yang komprehensif dengan mendapatkan 12 bentuk layanan berikut:
1.        Rawat inap sementara (beberapa hari).
2.        Rawat jalan.
3.        Rawat parsial (contohnya dirawat siang atau malam saja).
4.        Penanganan darurat (contohnya layanan krisis 24 jam).
5.        Konsultasi (contohnya layanan tidak langsung) dan edukasi komunitas (untuk pencegahan).
6.        Layanan khusus anak-anak.
7.        Layanan khusus manula.
8.        Pemindahan pra-institusinalisasi dan penanganan alternative (seperti terkait dengan pengadilan dan lembaga publik lainnya).
9.        Tindak-lanjut (follow-up) tehadap individu yang diperbolehkan ke luar dari rumah sakit jiwa negara.
10.    Rumah transisi bagi individu setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit jiwa negara ke lingkungan keluarga dan komunitasnya.
11.    Layanan alkoholisme (pencegahan, penanganan dan rehabilitasi).
12.    Layanan penyalahgunaan obat.
Dengan mempertimbangkan skema layanan yang dimandatkan legislasi sejak 1970-an, kita dapat membuat skema dasar kemajuan dan gerakan kesehatan mental komunitas. Pada tahun 1984 Bloom menemukan sepuluh karakteristik sebagai pembeda yang dapat membantu kita mengenali aspek operasional gerakan ini, yaitu:
·      Pertama, daripada menyerahkan praktik layanan kesehatan mental kepada lembaga rumah sakit jiwa lebih baik memberdayakan komunitas ini untuk menyediakan praktik penanganan dan perawatan langsung.
·      Kedua, daripada menangani pasien individu per individu lebih baik layanan kesehatan mental komunitas lebih difokuskan kepada populasi total sebagai target utama.
·      Ketiga, daripada menunggu pasien datang lebih baik melakukan pencegahan agar kasus perawatan jadi makin kecil jumlahnya.
·      Keempat, komponen yang paling penting untuk menunjang terwujudnya layanan kesehatan yang komprehensif adalah kelangsungan perawatan dan pemantauan kesehatan mental masyarakat.
·      Kelima, untuk mencapai kesehatan mental bersama harus dilakukan penekanan terhadap pola layanan tidak langsung.
·      Keenam, membebaskan invasi klinis yaitu psikoterapi singkat dan interverensi terhadap krisis sebelum kasus menjadi panas dan meledak.
·      Ketujuh, penekanan terhadap perencanaan sistematis bagi layanan kesehatan komunitas dengan mempertimbangkan pemindahan kebutuhan yang belum terpenuhi dan pengidentifikasian kelompok-kelompok beresiko tinggi.
·      Kedelapan, menggunakan sumber daya para pekerja kesehatan yang ada.
·      Kesembilan, fokus pada kontrol komunitas
·      Kesepuluh, layanan kesehatan mental komunitas lebih baik berfokus pada penelusuran penyebab lingkungan bagi stress manusia.
Meskipun mayoritas pekerja kesehatan mental komunitas menyetujui kesepuluh karakteristik ini, namun masih sedikit saja kesepakatan tentang cara mempraktikkan konsep-konsep ini. Pada tahun 1970-an sejumlah bagian memperluas jangkauan perawatannya hingga kepada anak-anak dan remaja yang mengalami masalah mental. Namun saat Ronald Reagen terpilih menjadi presiden di tahun 1980, ia mengarah kepada kebijakan ekonomi baru dan kemudian membatalkan anggaran yang seharusnya diberikan untuk melakukan praktik layanan mental. Akhirnya komunitas lokal dan negara bagian membiayai sendiri fasilitas dan program kesehatan mental tersebut. Walaupun terancam kemunduran, profesi konseling masih membuat sebuah perkembangan yang penting seperti gerakan pelisensian konselor dimulai di Virginia pada tahun 1976. Pembentukan lembaga pengakreditasi program pelatihan konselor dan pendirian lembaga yang memproses sertifikasi suka rela konselor nasional merupakan terobosan terbesar profesinalisasi konseling.
c.         Era Globalisasi: 1980-sekarang
Di akhir 1980-an, konseling, khususnya konseling karier, sudah berkembang luas ke arah yang baru. Arah ini mencakup jangkauan layanan warga kurang mampu dan tunawisma. Para pekerja paruh baya dan eksekutif senior, program pencegahan dan intervensi awal alkoholisme dan penyalahgunaan obat, dan fokus kepada para pensiunan, manajemen stress, dan konseling olahraga dan penggunaan waktu luang. Tahun 1990-an juga menunjukan peningkatan dramatis dalam minat kepada konseling multibudaya.
Di tahun 1996, Kongres AS mengesahkan Mental Health Insurance Parity Act (efektif 1 Januari 1998) yang sangat penting bagi para profesional kesehatan mental. Akta ini mencegah perencanaan program yang menempatkan pembiayaan berlebihan karena menyamakan tanggungan biaya layanan kesehatan mental dengan biaya layanan medis. Legislasi ini juga langkah utama menuju perlindungan asuransi bagi para pekerja layanan kesehatan mental itu sendiri. Di tahun 1998, akta penting lain dari Kongres adalah Health Professions education Partnership Act yang menyerukan kebutuhan agar para konselor profesional dilatih di berbagai program pelatihan profesional kesehatan mental. Termasuk melakukan konseling kepada siswa didalam program pendidikan konselor. Lebih spesifiknya, program-program pendidikan ini dapat diakses berbagai program yang dioperasikan departemen Health Resources and Services Administration federal dan lembaga Center for Mental Health Services federal. Sedangkan pada dekade belakangan, sejumlah kejadian penting mempengaruhi profesi konseling, yaitu:
1.      Gerakan lisensi yang didukung 48 negara bagian di tahun 2006 memandatkan konselor untuk memilih lisensi. California dan Nevada pengecualiannya.
2.      Sampai tahun 2006, terdapat 40.017 konselor bersertifikat nasional (NCC).
3.      Asosiasi profesional (ACA) mendesentralisasikan dari satu markas asosiasi sentral menjadi sejumlah asosiasi yang berfungsi spesifik seperti perwakilan konselor sekolah, karier, kesehatan mental, rehabilitasi, anak, manula dan sebagainya.
4.      Spesialisasi konseling berkembang luas menjadi ruang lingkup non-akademis (seperti bisnis dan industri, kemiskinan dan penjara, terapi keluarga, layanan tentara dan veteran, dan sebagainya).
5.      Revolusi teknologi dan perkembangan website, internet dan asesmen terkomputerisasi banyak membantu kerja para konselor profesional.
6.      Pengaruh globalisasi ekonomi terhadap tenaga kerja AS membuat bimbingan karier dan konseling semakin kompleks dan kompetitif.
7.      Pertumbuhan internasional gerakan konseling, termasuk pengembangan program-program pelatihan konselor di seluruh dunia.
8.      Tawaran kelas terbuka dan program pelatihan singkat oleh universitas dibanyak bidang juga terjadi di wilayah bimbingan dan konseling sehingga siapapun yang ingin lebih mendalami bisa mengikuti kelas regulernya lalu mengikuti ujian sertifikasi nasional.

Di akhir abad XX, profesi konseling sangat dipengaruhi oleh teknologi  dan globalisasi. Hal ini, penyatuan komputer dengan teknologi komunikasi menghasilkan transformasi sosial utama yang membentuk ulang masyarakat dan ekonomi kita. Dan hasil dari itu adalah jaringan komputer mempengaruhi dengan cepat penstrukturan semua organisasi sehingga kinerjanya bisa dilakukan dan dievaluasi langsung, para pekerja dapat segera menyelesaikan pekerjaan dan manajemen berfungsi lebih menyeluruh dan cepat dalam satu tatapan kontrol. Keuntungan akses keseluruh dunia yang dapat membawa seluruh informasi dalam waktu sekejap ini membuat klien bereaksi positif terhadap konseling lantaran mereka sudah bereaksi positif terhadap teknologi baru ini. Selain itu, teknologi baru ini mempercepat dan meningkatkan akurasi (ketelitian, ketepatan) aktivitas-aktivitas seperti asesmen individu, pencarian karier, mendapatkan beasiswa, mengakses informasi kuliah dan lowongan kerja, dan sebagainya.
Dalam perkembangan teknologi selama 100 tahun terakhir ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Kita tinggal menekan tombol telepon yang berisi rekaman pesan, membaca SMS, atau merekamkan pesan ke telepon orang lain. Saat menginginkan sebuah barang, kita tinggal melihat katalog di internet, lalu memesannya, membayar dengan kartu kredit dan mengambil barang itu dikotak pos kita, tanpa perlu berinteraksi dengan pegawai toko atau pengirim barangnya. Bahkan, kartu kredit bisa diisi lewat mesin anjungan penerima uang tunai tanpa harus bertemu pegawai bank. Dibanyak transaksi kita bahkan tidak perlu bicara dengan satu manusia pun.
Namun, yang dihilangkan di sini adalah proses komunikasi antar-pribadi, atau minimal komunikasi tatap-muka. Dan faktanya banyak konselor melihat kecenderungan impersonalisasi ini sebagai ancaman bagi profesi dan aktivitas mereka sebagai konselor. Meskipun banyak konselor yang terpaksa mengikuti tren konseling online ini, namun mereka sangat ragu akan hasilnya karena klien yang mereka tangani tidak pernah berdiskusi berhadapan muka selain hanya lewat tulisan, dan beberapa klien bahkan kemudian diketahui tidak pernah meninggalkan rumah. Jadi kelemahan potensial dari penggunaan sistem teknologi baru ini meliputi: (a) tidak diketahui efektivitas hasil konseling dengan biaya yang sudah dikeluarkan, (b) efek konseling bagi motivasi klien tidak diketahui pasti, dan (c) klien bisa keliru menafsirkan diskusi apapun kalau kehadiran konselor terus dihilangkan.
Tetapi apapun keraguan dan kerugian potensialnya konseling online sekarang menjadi tren baru dan semakin populer. Mallen dan Vogel menunjukkan bahwa:
Konseling online bukan lagi sesuatu yang perlu dibentuk di masa depan. Saat ini, terbuka kemungkinan bagi siapa pun untuk mengakses informasi apapun di internet, menemukan seorang konselor profesional dan  memiliki sebuah sesi konseling tanpa harus capek-capek bertemu. Terdapat banyak situs Web dibentuk oleh konsorsium-konsorsium para konselor (contohnya www.helphorizons.com atau www.netcounselors.com) dan ratusan situs yang di ciptakan oleh para praktisi pribadi untuk mengiklankan jasa mereka. Lebih dari seratus juta orang perbulan menggunakan internet untuk mencari informasi kesehatan (Harris Interactive, 2002), dan perusahaan yang sengaja memperdagangkan kesempatan ini menarik sejumlah kecil biaya atas layanan informasi dan konseling mereka atas kesehatan mental dan modifikasi perilaku.
Yang jelas, ancaman bagi profesi konseling saat ini adalah kemungkinan pengacauan oleh individu-individu tak terlatih yang kualifikasi satu-satunya hanya mereka memiliki komputer, membuka situs online sendiri dan sekedar membuat namanya dikenal dengan berbagai metode kuasi-psikologis seperti ramalan bintang, garis tangan, aura dan sebagainya. Ancaman juga bisa datang dari individu yang dirinya sendiri terganggu namun seolah bersikap bijak karena dalam prosedur ini klien tidak perlu bertatap muka dengan dirinya.
Lepas dari hal itu, para konselor akan sanggup tampil online bukan hanya sesuai kualifikasi mereka, tetapi juga belajar kualifikasi lain karena harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien dan potensi pasar. Para konselor yang menggunakan media ini seharusnya melaporkan mana yang lebih efektif, mengonsultasi klien-klien dengan teknologi media baru ini ataukah praktik terbatas interaksi tatap-muka di fasilitas konseling.
Perubahan besar lain juga muncul menjelang abad XX dan mempengaruhi bidang konseling secara signifikan adalah globalisasi ekonomi. Fenomena ini meliputi pengintegrasian secara internasional produk, pasar dan aliran bebas modal yang semakin besar. Dalam hal ini Amerika Serikat menjadi saksi gerakan dari pasar lokal ke pasar nasional lalu pasar global. Sehingga pada saat itu Amerika menjadi negara yang maju pesat.
Walaupun Amerika Serikat bisa berbangga hati terhadap pencapaian-pencapaian yang sudah di buat di abad XX namun sebenarnya bangsa ini menjadi semakin terpuruk. Banyak masalah dan penyakit sosial yang telah menyengsarakan jutaan warganya. Persoalan ini meliputi: peningkatan epidemi AIDS; ketergantungan jutaan orang pada obat terlarang dan alkohol; semakin meningkatnya jumlah anak dan perempuan yang dianiaya dalam kekerasan rumah tangga dan ketidak adilan sosial; semakin tingginya angka kehamilan tidak diinginkan (entah karena seks bebas atau kasus perkosaan) dan karenanya jumlah anak dengan orang tua tunggal atau telantar ikut meningkat; semakin tingginya angka bunuh diri dan aktivitas kriminal di populasi remaja; masih tidak hilangnya kasus-kasus DO pada siswa; munculnya kembali dalam bentuk-bentuk baru berbagai ketidak-adilan sosial dan ketidakpedulian pada kemanusiaan; bangkrutnya nilai usaha di semua bidang dari sektor politik hingga bisnis kecil; dan sebagainya. Amerika Serikat mungkin masih bisa dikatakan sebagai bangsa adidaya oleh dunia luar, namun jika dilihat dari dalam secara psikologis dan sosiologis ia sebenarnya sudah di ambang kehancuran.
Lebih jauh lagi, bila membahas problem-problem ini kita mencatat kalau banyak dari isu tersebut memerlukan bukan hanya penanganan segera tapi juga upaya preventif agar tidak membesar dan berdampak pada yang lain. Hanya pencegahan yang memiliki prospek menghilangkan sepenuhnya jumlah korban potensial di semua jenis penyakit sosial ini.
Jadi, pada dekade pertama abad XXI ini kita melihat peluang bagi konseling untuk menjadi ‘profesi penolong’ sesungguhnya, bukan lain karena kemampuan historisnya merespons kebutuhan masyarakat selama ini, dan khususnya untuk antisipasi dekade-dekade kedepan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Gerakan bimbingan dan konseling sekolah, yang selama bertahun-tahun beroperasi secara unik di dalam pendidikan di Amerika Serikat, awalnya hanya berfokus kepada bimbingan siswa untuk memilih karier dan menyesuaikan pendidikannya sekarang dengan karier yang akan dipilihnya nanti. Namun, setelah beberapa dekade berlalu, fokus awal itu sekarang sudah menyebar lantaran sejumlah pengaruh gerakan yang lainnya. Fokus juga menyebar lantaran program bimbingan dan konseling harus menyikapi perubahan zaman yang tidak bisa ditawar-tawar seperti depresi ekonomi, krisis perang dan lain-lain.
Sementara itu, aspek publik atau komunitas gerakan kesehatan mental awalnya difokuskan pada pengurungan di rumah dan perawatan minimal. Namun demikian, di abad XIX pemerintah Amerika Serikat mendukung pembangunan rumah-rumah sakit jiwa ditingkat negara bagian. Lalu dipergantian tahun 1908, gerakan kesehatan mental mulai mendapatkan bentuknya dari tulisan Clifford Beers, dan pusat-pusat penanganan kesehatan mental ditaraf lokal pun dimulai.











DAFTAR PUSTAKA
Mashudi, Farid, Psikologi Konseling (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012)
Gibson, L. Robert & Mitchell, H. Marianne, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010


[1]Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012), hlm.23
[2] Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010), hlm. 8
[3] Ibid, hlm.22
[4]Ibid, hlm.23
[5]Ibid, hlm.23
[6] Ibid, hlm.26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar