`BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan manusia ini ada karena manusia dianugerahi akal dan fikiran
sehingga membedakannya dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Sebab itulah
manusia dikatakan sempurna.
Dengan
fikiran dan akalnya, manusia diharapkan akan dapat menata hidupnya sesuai
dengan hakikatnya sebagai seorang manusia. Namun seringkali, manusia itu
mengalami berbagai masalah ketika berfikir. Ini bisa saja terjadi akibat dari
proses berfikirnya yang tidak sesuai dengan keadaan nyata yang ada dalam kehidupannya
sehingga menimbulkan pergulatan dalam dirinya sendiri, akibatnya banyak masalah
yang timbul dan perlu mendapatkan penanganan khusus seperti melakukan bimbingan dan konseling kepada seseorang untuk
menyelesaikan masalahnya.
Bimbingan
dan Konseling merupakan cabang ilmu yang belum lama popular. Namun
keberadaannya sebagai satu cabang ilmu sudah sangat mendatangkan banyak
manfaat, terutama untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan masalahnya. Hal
ini sebagaimana tujuan dari konseling itu sendiri adalah untuk membantu
seseorang dalam mengatasi masalahnya sehingga dapat tercipta ketentraman hidup
yang seperti apa ia inginkan dan tentunya tidak menyimpang dari norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.
Sebagai
seorang Konselor, sudah selayaknya mengetahui banyak hal mengenai kekonselingan
mulai dari sejarahnya hingga hal-hal yang lebih spesifik lainnya. Seorang
Konselor itu harus terdidik dan mempunyai keahlian khusus dalam penanganan
kliennya. Harus mampu mengarahkan klien ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya. Seorang Konselor juga harus tahu mengenai Kode Etik Konselor,
teori-teori dan sebagainya.
Untuk
itu, perlulah dipelajari dari hal yang paling mendasar seperti mempelajari
mengenai Perkembangan Konseling di dunia. Hal ini ditujukan agar seorang
Konselor mempunyai banyak pengetahuan mengenai kekonselingan di dunia sehingga
dapat berjalan dengan lancar proses konseling itu. Seperti kita ketahui, takkan
sampai kita ke tempat tujuan sebelum tahu rute mana saja yang harus ditempuh,
sama halnya dengan proses Konseling. Takkan berhasil proses itu sebelum kita
tahu darimana berasal dan untuk apa perlu dikembangkan. Sehingga terlebih
dahulu perlu mengetahui mengenai perkembangan konseling tersebut. Sebagaimana
isi makalah yang kami paparkan ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Dunia Pendidikan Amerika Serikat?
2. Bagaimanakah
Perkembangan Program Konseling di Lembaga dan Organisasi?
C.
Metode
penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan yaitu
metode kepustakaan dan metode internet browsing.
D.
Tujuan
penulisan
Adapun tujuan pembuatan
makalah ini diantaranya adalah untuk memenuhi tugas dosen Kode Etik Konseling
yang dibimbing oleh bapak Drs. H. Abdullah, M.Si, dan untuk menambah serta memperluas wawasan
mengenai Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Dunia Pendidikan Amerika
Serikat dan Perkembangan Program Konseling di Lembaga dan Organisasi, serta
untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dibidang Kode Etik Konseling
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI DUNIA PENDIDIKAN AMERIKA SERIKAT
Meskipun
tidak jelas tercatat waktu dimulainya psikologi konseling sebagai sebuah
profesi, namun sejarah mencatat nama Jesse M.Davis pada tahun 1898 sebagai
orang yang pertama kali melakukan kegiatan ini.[1]
Proses konseling banyak dikembangkan di Amerika Serikat. Perkembangan bimbingan
dan konseling di dunia pendidikan Amerika Serikat pun terbagi menjadi lima era.
Berikut kami paparkan.
a. Era
Perintisan (1908-1913)
Pada 1908, Frank
Parsons mengorganisasikan sebuah lembaga kecil dan independen, Boston
Vocational Bureau, untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan pelatihan
bagi anak-anak muda yang ingin mencari kerja di bidang tertentu, dan melatih
para guru di sekolah-sekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor pekerja bagi
siswa-siswanya yang akan lulus atau siswa-siswanya yang ingin memfokuskan
belajar, keahlian dan studi lebih jauh untuk meraih kerja di bidang tertentu.[2]
Setahun kemudian Frank Parsons menerbitkan semua aktivitas biro dan metode yang digunakan tersebut kedalam
buku yang terbit tahun 1909, Choosing a
Vocation, yang di dalamnya menguraikan peran konselor dan teknik yang
digunakan dalam konseling pekerjaan. Buku tersebut juga dibagi dalam tiga wilayah
utama yaitu: investigasi pribadi, investigasi industri, dan investigasi
organisasi dan bidang kerja. Buku tersebut masih relevan jika dijadikan pedoman
hingga sekarang.
Upaya perintisan
tersebut menghasilkan suatu profesi baru yaitu bimbingan dan konseling,
sehingga dalam dunia pendidikan Amerika Serikat, Frank Parsons dianggap sebagai
‘bapak gerakan bimbingan dan konseling’. Parsons sadar bahwa dia sedang
merintis disiplin ilmu baru, namun tidak menduga perkembangannya begitu pesat.
Tahun 1913, fledgling guidance movement atau
gerakan bimbingan anak-anak muda yang belum berpengalaman untuk bekerja tumbuh
pesat sehingga muncul organisasi Nation Vocational Guidance Association
dengan jurnal pertama Vocational Guidance.
Istilah guidance (bimbingan) menjadi
label pertama selama 50 tahunan. Namun, karena hanya difokuskan pada bimbingan
kepada anak muda mengenai pekerjaan, maka label tersebut usang hingga 60 tahun
kemudian muncul gerakan yang mirip yaitu gerakan pendidikan karir dan bimbingan
career education and guidance movement.
Menurut Rockwell dan
Rothney dalam buku Bimbingan dan
Konseling yang ditulis oleh Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, para
pemimpin awal yang lain digerakan tahun 1913 di Amerika Serikat tersebut adalah
Jessie B. Davis, Anna Y. Reed, Eli W. Weaver dan David S. Hill. Tokoh-tokoh
tersebut memberikan kontribusi yang mirip dengan yang dilakukan Parsons dalam
gerakan bimbingan pekerjaan.
b. Era
Perang Dunia I (1914-1934)
Pada tahun 1905, Alfred Binet dan
Theodore Simon mengenalkan tes kecerdasan, kemudian tahun 1916 versi revisinya
diperkenalkan di Amerika Serikat oleh Lewis M. Terman beserta para koleganya di
Universitas Stanford. Ketika memasuki Perang Dunia I, tim peneliti membuat ‘Army
Alpha Test’ yang bisa diaplikasikan kepada ribuan wamil sekaligus. Setelah
perang berakhir, tes ini dipadukan dengan teknik psikometrik lainnya untuk
menilai kompetensi siswa sekolah. Pada tahun 1920-an ekperimen Prohibition dimulai dan mempengaruhi perkembangan lebih
jauh filsafat berorientasi manusia.
Program yang terorganisasikan muncul dan
memulai pengfungsian disiplin, sehingga menitikberatkan pada upaya pembantuan
siswa yang mengalami kesulitan akademis
atau pribadi dikirim ke guru BK untuk merubah perilaku dan memperbaiki
kelemahan.
William Burnham menekankan peran guru
untuk memajukan kesehatan mental anak dan membentuk departement konseling yang
tanggung jawabnya memberikan konseling kepada anak dan orang tuanya mengenai
proses belajar siswa.
c. Era
Perang Dunia II (1935-1950)
Meski di dekade 1930-an masyarakat
Amerika Serikat sibuk memperdebatkan kebijakan FDR mewaspadai perkembangan militer Jerman dan potensi
ancaman Hitler bagi perdamaian dunia,
namun gerakan bimbingan terus berkembang luas bahkan menjadi topik yang makin
populer sampai-sampai beberapa kampus ikut mengadopsinya. Ratusan keberatan,
dukungan, kritik, dan pesimisme memenuhi literatur-literatur pendidikan era itu
sehingga lembaga-lembaga pendidikan dan yayasan akademis formal dan tradisional
membentuk komite-komite khusus untuk mempelajarinya. Namun demikian, secara
umum banyak pihak kemudian mulai mengakui manfaat gerakan ini. Contohnya,
Asosiasi Guru-guru Negara Bagian New York menerbitkan laporan di tahun 1935
yang mendefinisikan konsep bimbingan dari gerakan ini sebagai “proses membantu
individu-individu membuat penyesuaian hidup yang dibutuhkan. Proses ini jelas
esensial dan vital, sangat diperlukan entah di rumah, sekolah, komunitas dan di
semua fase lain lingkungan hidup individu tersebut” (New York Teacher
Association, Hal 10).
Seperti kerancauan yang terjadi tahun
1960-an antara penggunaan yang secara bergantian istilah “bimbingan” dan
“konseling”, maka kerancauan yang sama juga terjadi di tahun 1930-an ini, yaitu
antara istilah “personalisasi murid” dan “bimbingan”. Dan kerancauan ini makin
buruk ketika salah satu juru bicara gerakan, John Brewer (1932) menggunakan
istilah pendidikan dan bimbingan sebagai sinonim. Karena itulah, Sarah
M.Sturtevant (1937) berusaha menajamkan kerancauan ini dengan menambahkan
pertanyaan yang terkait gerakan bimbingan di SMP yang tengah berkembang waktu
itu: Apa yang dimaksud dengan gerakan bimbingan? Apakah esensi dari program
bimbingan yang berfungsi? Apa yang disebut personalisasi dan apakah kualifikasi
yang mestinya dimiliki oleh pembimbing untuk mencapai program bimbingan yang
baik? Apakah efek dari pendidikan individualisasi ini? Sayangnya pertanyan ini
baru bisa dijawab 65 tahun kemudian.
Selama akhir dekade 1930-an hingga awal
1940-an, pendekatan faktor sifat untuk konseling mulai populer. Teori yang
sering dilabeli oleh teori “direktif” ini menerima stimulus dari
tulisan-tulisan E.G Williamson (1939) dan rekan-rekannya. Meskipun kritikan banyak
dilontarkan kalaw pendekatan ini terlalu ketat dan mendehumanisasi individu,
namun Williamson tetap yakin pada nilai teorinya : “Ketika menggunakan
pendekatan faktor sifat, maka anda sering memperbaiki pemahaman anda sendiri
lantaran menggunakan data yang memiliki kemungkinan keliru pengestimasiannya
lebih kecil ketimbang data tes, yang kendati penilaiannya sudah ketat namun
masih memiliki kemungkinan keliru pengestimasian lebih besar: Variabelitasnya”
(Ewing, Hal. 84).
Di tahun 1930-an itu juga, arah yang
memungkinkan untuk memberikan bimbingan dijenjang SD dianjurkan oleh gerakan
belajar anak yang berpandangan guru semestinya berperan menyediakan bimbingan
untuk setiap siswa di ruang kelasnya. Publikasi Zirbes (1949) dan para pendidik
yang lain menguraikan panjang lebar cara-cara membimbing pengalaman belajar
anak tersebut. Studi intensif setiap anak direkomendasikan dengan tujuan
memahami kenapa anak berhasil atau gagal mencapai tugas perkembangan tertentu.
Pendekatan populer ini segera merambah jenjang SMP dan akhirnya membentuk slogan “setiap guru
adalah pembimbing”.
Ketika Amerika Serikat berangsur-angsur
pulih dari Perang Dunia II, gerakan bimbingan dan konseling mulai menapaki vitalitas
dan arah yang baru. Seorang kontributor penting untuk arah baru ini, dengan
pengaruhnya yang besar sebagai gerakan konseling di sekolah dan masyarakat,
adalah Carl R. Rogers (1902-1987). Rogers mengusulkan sebuah teori konseling
baru di dua buku terpentingnya yaitu Rorgers menawarkan konseling non-direktif alternatif untuk metode
tradisional yang lebih direktif sifatnya. Ia juga menekankan tanggung jawab
klien untuk memahami problemnya sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri.
Teori konseling ini segera dilabeli ‘non
direktif’ (tidak mengarahkan) karena berkebalikan dengan pendekatan
tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat menangani problem
klien. Ide Rogers bahwa klien yang mestinya terlibat aktif menyelesaikan
problem yang dihadapinya malah membangkitkan kontroversi teoritis serius
didalam gerakan bimbingan dan konseling. Buku Rogers berikutnya yang merupakan
hasil dari riset dan praktik terapi dari buku pertama satu dekade sebelumnya.
Buku itu mengusulkan perubahan sematik dari konseling non direktif menjadi
‘berpusat klien’, namun yang lebih penting lagi, meletakkan titik berat pada
kemungkinan penghasilan pertumbuhan dalam diri klien.
Lebih dari siapapun, Rogers memengaruhi
cara konselor Amerika berinteraksi dengan klien. Selain itu, pandangan tentang
klien sebagai individu yang setara, dan pandangan positifnya mengenai potensi
seseorang tampaknya lebih konsisten dengan cara hidup dan tradisi demokratis
orang Amerika sendiri ketimbang teori-teori berbasis Eropa. Pengaruh menakjubkan
Rogers ini menghasilkan sebuah penitikberatan pada konseling sehingga aktivitas
primer dan mendasar para konselor sekolah. Ia juga menyediakan teori yang mudah
dimengerti dan berorientasi optimistik. Selama bertahun-tahun Rogers terus
meriset, mengetes, merevisi dan menantang siapapun untuk mengetes teorinya.
Dimensi lain teknik konselor di akhir
1940-an, dan lagi-lagi Rogers kontributor pentingnya, adalah konseling
kelompok. Sementara kontributor lainnya, dengan menggunakan data riset yang
dikumpulkan oleh tim peneliti angkatan bersenjata terhadap dinamika kelompok
kecil, mengembangkan sebuah kerangka teoritis yang didalamnya konselor sekolah
dapat mengintegrasikan keahlian dan proses konseling individual dan peran-peran dinamis dan
interaksi-interaksi individu dalam lingkup kelompok.
d. Era
Perang Dingin (1950-1980)
Pada tahun 1957, Uni
Soviet menggemparkan dunia lantaran sukses meluncurkan satelit pertama manusia.
Kejadian ini secara signifikasi meningkatkan gerakan bimbingan konseling di
Amerika Serikat yang memengaruhi para konselor untuk mendesak pemerintah agar
meningkatkan mutu pendidikan yang menghasilkan sebuah legislasi yang didorong
dengan kritik publik mengenai pendidikan tradisional yang kegagalannya
menyediakan personil-personil terlatih yang dibutuhkan bagi pendidikan
anak-anak, bahkan secara menyeluruh. Legislasi ini di beri nama National
Defense Education Act, yang didirikan pada bulan September tahun 1958 yang
menjadikan satu tonggak penting pendidikan di Amerika.
Perkembangan program
bimbingan dan konseling secara yuridis atau formal mendapat anggaran khusus
dari belanja negara dan negara menyediakan sumber daya tak terbatas yaitu:
a. menginstruksikan
dan memberi dukungan bagi setiap negara bagian untuk membangun, mengembangkan
dan mempertahankan setiap program bimbingan di komunitas-komunitas lokal,
b. menginstruksikan
dan memberi dukungan bagi lembaga pendidikan tinggi untuk melatih secara khusus
personil pembimbing disetiap program lokal tersebut.
Enam tahun kemudian,
pada September 1964 pengaruh piagam ini bisa dideteksi dari pengumuman
Departemen Kesehatan Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat yang
menyatakan kalau dalam waktu singkat telah memberikan total dana hampir 30juta
dolar kepada negara-negara bagian, sehingga meningkatnya konselor SMA. Awalnya,
pada tahun 1958 hanya 12.000 di tahun 1958 menjadi 30.000 di tahun 1964. Dan
mendukung 4 institut yang khusus mendidik para konselor dan guru SMP untuk
menjadi konselor profesional.
Untuk membantu lebih
dari 600.000 siswa SMA di Akademik untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang
Strata satu dengan beasiswa pemerintah. Hal ini dipicu dengan pertumbuhan cepat
bimbingan konseling ini standar sertifikasi dan performa konselor sekolah mulai
dikembangkan dan ditingkatkan kriteria pengakreditasian evaluasi bimbingan
program Sekolah diperkuat. Perkembangan ini memberikan bantuan ilmiah yang
sangat besar yang membantu setiap anak berhubungan langsung dengan guru dan
mata pelajaran bisa dikalkulasi ulang untuk menumbuhkan potensi kemampuan
setiap siswa.
Di tahun 1960-an
perkembangan terpenting Bimbingan dan Konseling sekolah adalah dengan terbitnya
Statement of policy for Secondary school Counselors oleh asosiasi
konselor sekolah yang dikembangkan dan disetujui sebagai pernyataan kebijakan
resmi American School Counselor Assosiaion (ASCA) upaya ini melibatkan
6000 konselor sekolah dan guru.
Di tahun 1973 nasional Commision
On The Reform of Secondary Education menerbitkan laporan yang berisi 32
rekomendasi bagi perbaikan kejenjang SMP yang memfungsikan konselor SMP untuk
fokus dalam bimbingan dalam arah penempatan pendidikan sesuai karier terbaik
yang bisa dan ingin diraih oleh siswa nantinya. Selama pertengahan tahun1970-an
hingga awal 1980-an perkembangan mempengaruhi Konselor Sekolah dan
lingkup-lingkup lain. Meskipun hukum sertifikasi negara bagian awalnya
diperuntukkan bagi konselor sekolah di setiap negara bagian, namun para
konselor tersebut ikut serta juga dalam gerakan itu hingga tahun 2006.
Empat puluh delapan
(48) negara bagian Plus Disrtric of Columbia telah mengesahkan legislasi untuk
merensensi para konselor lingkup sekolah dan luar sekolah. Dalam konseling di
Amerika terkenal dengan CACREP (Council for Accreditation of Counseling and
Related Educational Programs) konsul independen ini diciptakan untuk
mengembangkan secara khusus penegakan standar bagi penyiapan tingkat kelulusan
konseling profesional.
CACREP ini bekerja sama
dengan program strata 2 konseling dan bidang pendidikan terkait lainnya
sehingga dapat mencapai status terakreditasi. Delapan (8) wilayah inti
kurikulum yang umumnya dibutuhkan untuk akreditasi ini menurut aturan Council
For Accreditation Of Counseling and Related Educational programs edisi 2001
adalah:
• Identitas Profesional
• Keragaman Sosial Budaya
• Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
• Pengembangan Karier
• Hubungan-hubungan Perbantuan
• Kerja Kelompok
• Asesmen
• Riset dan Evaluasi Program
e. Era
Globalisasi (1980-sekarang)
Pada
tahun 1982, dibentuklah National Board for Certified Counselor, Inc (NBCC)
yang berfungsi memonitor sistem sertifikasi nasional, mengidentifikasi para
profesional dan komunitas konselor yang memilih profesi ini dengan suka rela
dan memperoleh sertifikasi, dan mempertahankan keanggotaan komunitas konselor
tersebut.[3]Dengan
demikian, para konselor yang telah memenuhi standar-standar NBCC dalam
pelatihan, pengalaman dan penampilan akan memperoleh pengakuan resmi di National Counselor Examination for
Licensure and Certification (NCE). Pada tahun-tahun belakangan, NBCC telah
mendirikan banyak lembaga yang berhubungan dengan konseling ini. Di antaranya
yaitu, Center for Credentializing and Education; Web Resources for
Counseling Student; pusat penjaminan; dan registri nasional untuk para
konselor. NBCC juga telah menciptakan NBCC-Internasional. Yaitu suatu divisi National
Board for Certified Counselors, Inc dan rekanan-rekanannya di luar Amerika
Serikat.
Ujian NBCC telah banyak digunakan oleh
lebih dari 40 negara bagian, untuk menghasilkan konselor yang handal dan
profesional di tingkat negara bagian. Pada awalnya, ini adalah lembaga bentukan
dari ACA. Tetapi sekarang NBCC menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan
terpercaya dan tetap bekerja sama dengan ACA. ACA sendiri berkonsentrasi kepada
perkembangan profesional seperti publikasi, loka karya, dan hubungan pemerintah
di bidang konseling. Sedangkan NBCC lebih fokus pada peningkatan kualitas
konseling melalui NBCC telah diakreditasi sejak Oktober 1985 oleh National
Commisssion for Certifying Agencies (NCCA). NCCA ini sendiri ialah suatu
organisasi regulasi nasional yang berdiri sendiri yang mengamati proses-proses
pengesahan lembaga-lembaga yang menjadi anggotanya, seperti NBCC. Pada tahun 2006,
telah tercatat terdapat 40.017 konselor yang sudah tersertifikasi secara
nasional.[4]
Pada tahun 1983, National Commission
on Excellence in Education yang ditunjuk langsung oleh presiden,
menerbitkan suatu laporan yang berjudul A Nation at Risk.[5]Meskipun
laporan ini tidak terlalu berhubungan dengan program konseling, tapi laporan
ini mengizinkan program apapun untuk dikerjakan selama mendukung proses belajar
anak. Antara tahun 1980-an hingga 1990-an, muncul permasalahan-permasalahan
sosial yang memengaruhi anak-anak. Seperti isu-isu penyalahgunaan obat,
penganiayaan anak, dan masih banayak lagi. Sehingga terjadi pertumbuhan
konseling pada kalangan SD. Dan pada tahun 2006, di 23 negara bagian telah
diresmikan pemandatan konseling SD dalam rangka peningkatan minat dan atensi
bagi pencegahan terhadap timbulnya masalah-masalah.
Selama tahun 1990-an, terjadi
peningkatan program-program konseling sekolah dan jasa bimbingan karier secara
signifikan karena adanya perubahan-perubahan dramatis di dunia kerja. Pada tahun
1986, laporan penting dari Keeping the Option Open yang diterbitkan oleh
College Entrance Examination Board, program bimbingan dan konseling
difokuskan untuk menyediakan pendampingan karier. Di akhir 1980-an hingga awal
1990-an, konseling khususnya dalam bidang karier, dikembangkan ke berbagai arah
baru dan yang juga muncul di tahun 1990-an ialah peningkatan dramatis minat
pada konseling multibudaya.
Pengaruh langsung lain terhadap program
konseling sekolah adalah School-to-Work Oppertunities Act 1994.
Legislasi ini menyediakan suatu kerangka kerja dalam sistem peluang dari
sekolah ke dunia kerja di semua bagian negara. Konseling dalam hal karier ini
menjadi prioritas tinggi. Hal yang sangat memengaruhi hal ini ialah
perkembangan teknologi dan komunikasi. Dalam hal media konselingnya pun ikut
berkembang pesat seiring perkembangan teknologi dan komunikasi ini.
B. PERKEMBANGAN
PROGRAM KONSELING DI LEMBAGA DAN ORGANISASI
Gerakan kesehatan
mental sama seperti gerakan bimbingan kerja, berakar dari kerja keras seseorang
diawal 1900-an: Clifford Beers seorang pasien yang menderita skizzofrenia yang
dirawat di institusi mental bertahun-tahun.[6]
Kenapa kenseling pada saat itu dapat timbul dan muncul pada lembaga dan
organisasi? Karena adanya dan mulai munculnya reformasi kemanusiaan dan
penelitian ilmiah tentang penyakit mental dan cara merawatnya. Willia dan
Adolph Meyer yang memulai meluncurkan gerakan kesehatan mental yang bertujuan
untuk mendidik masyarakat luas agar dapat menghargai lebih baik kondisi
pribadi. Pribadi-pribadi yang terganggu mentalnya dan melakukan perawatan
seoptimal mungkin. Manusia adalah produk lingkungan bukan produk turunan
sehingga institusi dalam hal menangani masalah atau penyakit mental secara
lokal mendapat dukungan yang sangat besar. Sehingga menjadi perintis pada pusat
kesehatan mental komunitas yang disebut psychopthic hospital karena
dibangun ditengah komunitas dan dirancang untuk menyediakan rawat jalan
bukannya rawat inap. Meski banyak cemooh pada waktu itu, namun model tersebut berhasil
meningkatkan standar perawatan dan pencegahan gangguan mental di komunitas dan
berhasil membangun klinik-klinik untuk anak-anak yang terganggu.
a. Era
Perang Dunia (1914-1950)
Pada perang dunia
pertama hanya mampu mengembangkan dan menggunakan sekelompok tes standar pasca
perang, namun dapat menghasilkan dua produk yang salah satunya yaitu konseling
rehabilitas. Dua produk pengembangan itu adalah Civilian Vocational
Rehabilitation Act dan setahun kemudian muncul Public Law, yang
dapat menyediakan keuntungan lainnya seperti jasa rehabilitasi pekerjaan bagi
para veteran seperti konseling dan bimbingan. Walau konseling rehabilitas pada
saat itu tidak berkembang dengan baik atau yang biasa disebut dengan konseling
psikologi yang khusus merehabilitasi individu yang memiliki problem fisik,
sosial dan emosi. Dalam perkembangan sejarahnya konseling rehabilitas melewati
beberapa model. Seperti model agen kerja, model pelatihan atau model pekerjaan,
model konselor pekerjaan atau model koordinator, layanan model psikoterapeutik,
model tim konselor yang berbasis komunitas.
Abad 1904 sampai 1929
merupakan perkembangan yang sangat pesat karena berisi pengembangan basis
ilmiah untuk banyak wilayah pengetesan standar, pembelajaran dan pegembangan
manusia, dan psikologi. Salah satu teoeritis pada waktu itu yang mencolok
adalah Alderian yang merintis konseling keluarga dan teorinya yang memengaruhi
fondasi bagi konseling anak. Pada abad XX komunitas gerakan kesehatan mental
mencerminkan keragaman fokus yang sangat besar dan memadukan ciri ideologi
maupun praktis.
Setelah perang dunia
ke-II, serangkaian perundangan federal memberikan mandat kepada sejumlah
lembaga untuk menyediakan operasional untuk praktik kesehatan mental komunitas,
yang dimulai dan disahkan oleh National Mental Health Act 1946,
menghasilkan National Institution Of Mental Health yang melibatkan
tentang kesehatan mental publik. Selain itu mendukung setiap negarawan untuk
merancang sebuah lembaga mental dan memperbaiki kesehatan mental komunitas. Veterans
Administrasion (VA) menyediakan pendidikan khusus bagi veteran sehingga
menerima pelatihan pelayanan konseling yang disponsori VA di kampus-kampus.
Setelah perang dunia kedua konselor menemukan peluang yang semakin meningkat
dibidang rehabilitas pekerjaan dan pelayanan pendididkan di VA kerena bidang
ini berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan personilisasi angkatan dan
personilisasi veteran. Konseling diakui sebagai keistimewaan di bidang
psikologi, pada tahun 1946 (Psikologi Konseling) dibentuk dan Dr. E.G.
Williamson sebagai presiden pertamanya. Sehingga hal itu berkembang dan meluas
dengan cepat pada tahun 1951 setelah diselenggarakan koferensi di Universitas
Northwestern yang dipimpin langsung oleh presidennya. Selain itu beliau dapat menggairahkan
minat psikolog dan publik kepada psikoterapi karena tulisannya.
b. Era
Perang Dingin (1950-1980)
Secara historis konseling pernikahan dan
keluarga telah muncul sejak tahun 1930-an. Namun baru mulai ada spesialisasi
sejak tahun 1950-an yang disebabkan karena kondisi yang dramatis pasca-perang
dunia kedua. Selain itu perang dunia kedua juga menyebabkan meningkatnya angka
perpisahan dan perceraian pada tingkat pasangan-pasangan muda dan kemudian
memicu perkembanagan terapi pernikahan menjadi semakin pesat. Di tahun 1960-an
minat penyediaan bantuan konseling bagi pasangan dan keluarga semakin
berkembang seiring meningkatnya gaya hidup baru berpasangan. Pada periode ini
Brown & Christensen menyatakan bahwa pergerakan terapi pernikahan semakin
meningkat dari analisis individu menuju terapi pernikahan kedua pasangan.
Dari
periode setelah perang dunia kedua juga terlihat perluasan cepat tentang
layanan kesehatan mental komunitas. Sekitar dua ribu pusat yang didirikan
diharapkan sanggup menyediakan lima layanan kesehatan mental esensial berikut:
1.
Rawat inap sementara (beberapa hari).
2.
Rawat jalan.
3.
Rawat parsial (contohnya dirawat siang
dan malam saja)
4.
Penanganan darurat (contohnya layanan
krisis 24 jam)
5.
Konsultasi (contohnya layanan tidak
langsung) dan edukasi komunitas (untuk pencegahan).
Selain itu menurut Joger & Slotnic
agar sebuah pusat bisa dianggap komprehensif lima layanan perlu diberikan,
yaitu: (a) diagnosis, (b) rehabilitasi, (c) perawatan awal dan tindak lanjut,
(d) pelatihan staf, dan (e) riset dan evaluasi.
Jumlah pasien di institusi negara baru
terjadi penurunan pada tahun 1955. Penurunan ini bergerak stabil hingga 20
tahun kemudian meski masih terjadi penambahan divisi. Hal ini jelas merupakan
bentuk implikasi dari pertumbuhan layanan kesehatan mental lokal.
Trauma perang Vietnam dan pasca perang
kedua mengakibatkan banyak veteran dan keluarga membutuhkan konseling kesehatan
mental. Pada tahun 1960-an dan 1970-an juga terjadi peningkatan kasus
penyalahgunaan obat dan kesadaran publik akan kesehatan dan seriusnya problem
yang dimunculkannya disemua usia mengarah pada riset-riset baru, pengembangan
program pelatihan yang berbeda, dan pertumbuhan era spesialisasi yang lain bagi
para konselor. Karena itu pada tahun 1975 Community Mental Health Centers Amandments mendefinisi ulang ide
pusat kesehatan mental komunitas yang komprehensif dengan mendapatkan 12 bentuk
layanan berikut:
1.
Rawat inap sementara (beberapa hari).
2.
Rawat jalan.
3.
Rawat parsial (contohnya dirawat siang
atau malam saja).
4.
Penanganan darurat (contohnya layanan
krisis 24 jam).
5.
Konsultasi (contohnya layanan tidak
langsung) dan edukasi komunitas (untuk pencegahan).
6.
Layanan khusus anak-anak.
7.
Layanan khusus manula.
8.
Pemindahan pra-institusinalisasi dan
penanganan alternative (seperti terkait dengan pengadilan dan lembaga publik
lainnya).
9.
Tindak-lanjut (follow-up) tehadap
individu yang diperbolehkan ke luar dari rumah sakit jiwa negara.
10. Rumah
transisi bagi individu setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit jiwa negara
ke lingkungan keluarga dan komunitasnya.
11. Layanan
alkoholisme (pencegahan, penanganan dan rehabilitasi).
12. Layanan
penyalahgunaan obat.
Dengan mempertimbangkan skema layanan
yang dimandatkan legislasi sejak 1970-an, kita dapat membuat skema dasar
kemajuan dan gerakan kesehatan mental komunitas. Pada tahun 1984 Bloom
menemukan sepuluh karakteristik sebagai pembeda yang dapat membantu kita mengenali
aspek operasional gerakan ini, yaitu:
· Pertama,
daripada
menyerahkan praktik layanan kesehatan mental kepada lembaga rumah sakit jiwa
lebih baik memberdayakan komunitas ini untuk menyediakan praktik penanganan dan
perawatan langsung.
· Kedua,
daripada
menangani pasien individu per individu lebih baik layanan kesehatan mental
komunitas lebih difokuskan kepada populasi total sebagai target utama.
· Ketiga,
daripada
menunggu pasien datang lebih baik melakukan pencegahan agar kasus perawatan
jadi makin kecil jumlahnya.
· Keempat,
komponen
yang paling penting untuk menunjang terwujudnya layanan kesehatan yang
komprehensif adalah kelangsungan perawatan dan pemantauan kesehatan mental
masyarakat.
· Kelima,
untuk
mencapai kesehatan mental bersama harus dilakukan penekanan terhadap pola
layanan tidak langsung.
· Keenam,
membebaskan invasi klinis yaitu psikoterapi singkat dan interverensi terhadap
krisis sebelum kasus menjadi panas dan meledak.
· Ketujuh,
penekanan
terhadap perencanaan sistematis bagi layanan kesehatan komunitas dengan
mempertimbangkan pemindahan kebutuhan yang belum terpenuhi dan
pengidentifikasian kelompok-kelompok beresiko tinggi.
· Kedelapan,
menggunakan
sumber daya para pekerja kesehatan yang ada.
· Kesembilan,
fokus
pada kontrol komunitas
· Kesepuluh,
layanan
kesehatan mental komunitas lebih baik berfokus pada penelusuran penyebab
lingkungan bagi stress manusia.
Meskipun mayoritas pekerja kesehatan
mental komunitas menyetujui kesepuluh karakteristik ini, namun masih sedikit
saja kesepakatan tentang cara mempraktikkan konsep-konsep ini. Pada tahun
1970-an sejumlah bagian memperluas jangkauan perawatannya hingga kepada
anak-anak dan remaja yang mengalami masalah mental. Namun saat Ronald Reagen
terpilih menjadi presiden di tahun 1980, ia mengarah kepada kebijakan ekonomi
baru dan kemudian membatalkan anggaran yang seharusnya diberikan untuk melakukan
praktik layanan mental. Akhirnya komunitas lokal dan negara bagian membiayai
sendiri fasilitas dan program kesehatan mental tersebut. Walaupun terancam
kemunduran, profesi konseling masih membuat sebuah perkembangan yang penting
seperti gerakan pelisensian konselor dimulai di Virginia pada tahun 1976.
Pembentukan lembaga pengakreditasi program pelatihan konselor dan pendirian
lembaga yang memproses sertifikasi suka rela konselor nasional merupakan terobosan
terbesar profesinalisasi konseling.
c.
Era Globalisasi: 1980-sekarang
Di akhir
1980-an, konseling, khususnya konseling karier, sudah berkembang luas ke arah
yang baru. Arah ini mencakup jangkauan layanan warga kurang mampu dan
tunawisma. Para pekerja paruh baya dan eksekutif senior, program pencegahan dan
intervensi awal alkoholisme dan penyalahgunaan obat, dan fokus kepada para
pensiunan, manajemen stress, dan konseling olahraga dan penggunaan waktu luang.
Tahun 1990-an juga menunjukan peningkatan dramatis dalam minat kepada konseling
multibudaya.
Di tahun 1996,
Kongres AS mengesahkan Mental Health Insurance Parity Act (efektif 1
Januari 1998) yang sangat penting bagi para profesional kesehatan mental. Akta
ini mencegah perencanaan program yang menempatkan pembiayaan berlebihan karena
menyamakan tanggungan biaya layanan kesehatan mental dengan biaya layanan
medis. Legislasi ini juga langkah utama menuju perlindungan asuransi bagi para
pekerja layanan kesehatan mental itu sendiri. Di tahun 1998, akta penting lain
dari Kongres adalah Health Professions education Partnership Act yang
menyerukan kebutuhan agar para konselor profesional dilatih di berbagai program
pelatihan profesional kesehatan mental. Termasuk melakukan konseling kepada
siswa didalam program pendidikan konselor. Lebih spesifiknya, program-program
pendidikan ini dapat diakses berbagai program yang dioperasikan departemen Health
Resources and Services Administration federal dan lembaga Center for
Mental Health Services federal. Sedangkan pada dekade belakangan, sejumlah
kejadian penting mempengaruhi profesi konseling, yaitu:
1.
Gerakan lisensi
yang didukung 48 negara bagian di tahun 2006 memandatkan konselor untuk memilih
lisensi. California dan Nevada pengecualiannya.
2.
Sampai tahun
2006, terdapat 40.017 konselor bersertifikat nasional (NCC).
3.
Asosiasi
profesional (ACA) mendesentralisasikan dari satu markas asosiasi sentral
menjadi sejumlah asosiasi yang berfungsi spesifik seperti perwakilan konselor
sekolah, karier, kesehatan mental, rehabilitasi, anak, manula dan sebagainya.
4.
Spesialisasi
konseling berkembang luas menjadi ruang lingkup non-akademis (seperti bisnis
dan industri, kemiskinan dan penjara, terapi keluarga, layanan tentara dan
veteran, dan sebagainya).
5.
Revolusi
teknologi dan perkembangan website, internet dan asesmen terkomputerisasi
banyak membantu kerja para konselor profesional.
6.
Pengaruh
globalisasi ekonomi terhadap tenaga kerja AS membuat bimbingan karier dan
konseling semakin kompleks dan kompetitif.
7.
Pertumbuhan
internasional gerakan konseling, termasuk pengembangan program-program
pelatihan konselor di seluruh dunia.
8.
Tawaran kelas
terbuka dan program pelatihan singkat oleh universitas dibanyak bidang juga
terjadi di wilayah bimbingan dan konseling sehingga siapapun yang ingin lebih
mendalami bisa mengikuti kelas regulernya lalu mengikuti ujian sertifikasi nasional.
Di akhir abad
XX, profesi konseling sangat dipengaruhi oleh teknologi dan globalisasi. Hal ini, penyatuan komputer
dengan teknologi komunikasi menghasilkan transformasi sosial utama yang
membentuk ulang masyarakat dan ekonomi kita. Dan hasil dari itu adalah jaringan
komputer mempengaruhi dengan cepat penstrukturan semua organisasi sehingga
kinerjanya bisa dilakukan dan dievaluasi langsung, para pekerja dapat segera
menyelesaikan pekerjaan dan manajemen berfungsi lebih menyeluruh dan cepat
dalam satu tatapan kontrol. Keuntungan akses keseluruh dunia yang dapat membawa
seluruh informasi dalam waktu sekejap ini membuat klien bereaksi positif
terhadap konseling lantaran mereka sudah bereaksi positif terhadap teknologi
baru ini. Selain itu, teknologi baru ini mempercepat dan meningkatkan akurasi
(ketelitian, ketepatan) aktivitas-aktivitas seperti asesmen individu, pencarian
karier, mendapatkan beasiswa, mengakses informasi kuliah dan lowongan kerja,
dan sebagainya.
Dalam
perkembangan teknologi selama 100 tahun terakhir ini sangat berpengaruh
terhadap kehidupan sehari-hari. Kita tinggal menekan tombol telepon yang berisi
rekaman pesan, membaca SMS, atau merekamkan pesan ke telepon orang lain. Saat
menginginkan sebuah barang, kita tinggal melihat katalog di internet, lalu
memesannya, membayar dengan kartu kredit dan mengambil barang itu dikotak pos
kita, tanpa perlu berinteraksi dengan pegawai toko atau pengirim barangnya.
Bahkan, kartu kredit bisa diisi lewat mesin anjungan penerima uang tunai tanpa
harus bertemu pegawai bank. Dibanyak transaksi kita bahkan tidak perlu bicara
dengan satu manusia pun.
Namun, yang
dihilangkan di sini adalah proses komunikasi antar-pribadi, atau minimal
komunikasi tatap-muka. Dan faktanya banyak konselor melihat kecenderungan impersonalisasi
ini sebagai ancaman bagi profesi dan aktivitas mereka sebagai konselor.
Meskipun banyak konselor yang terpaksa mengikuti tren konseling online
ini, namun mereka sangat ragu akan hasilnya karena klien yang mereka tangani
tidak pernah berdiskusi berhadapan muka selain hanya lewat tulisan, dan
beberapa klien bahkan kemudian diketahui tidak pernah meninggalkan rumah. Jadi
kelemahan potensial dari penggunaan sistem teknologi baru ini meliputi: (a)
tidak diketahui efektivitas hasil konseling dengan biaya yang sudah
dikeluarkan, (b) efek konseling bagi motivasi klien tidak diketahui pasti, dan
(c) klien bisa keliru menafsirkan diskusi apapun kalau kehadiran konselor terus
dihilangkan.
Tetapi apapun
keraguan dan kerugian potensialnya konseling online sekarang menjadi tren baru
dan semakin populer. Mallen dan Vogel menunjukkan bahwa:
Konseling online
bukan lagi sesuatu yang perlu dibentuk di masa depan. Saat ini, terbuka
kemungkinan bagi siapa pun untuk mengakses informasi apapun di internet,
menemukan seorang konselor profesional dan
memiliki sebuah sesi konseling tanpa harus capek-capek bertemu. Terdapat
banyak situs Web dibentuk oleh konsorsium-konsorsium para konselor (contohnya www.helphorizons.com atau www.netcounselors.com)
dan ratusan situs yang di ciptakan oleh para praktisi pribadi untuk
mengiklankan jasa mereka. Lebih dari seratus juta orang perbulan menggunakan
internet untuk mencari informasi kesehatan (Harris Interactive, 2002), dan
perusahaan yang sengaja memperdagangkan kesempatan ini menarik sejumlah kecil
biaya atas layanan informasi dan konseling mereka atas kesehatan mental dan
modifikasi perilaku.
Yang jelas,
ancaman bagi profesi konseling saat ini adalah kemungkinan pengacauan oleh
individu-individu tak terlatih yang kualifikasi satu-satunya hanya mereka
memiliki komputer, membuka situs online sendiri dan sekedar membuat
namanya dikenal dengan berbagai metode kuasi-psikologis seperti ramalan bintang,
garis tangan, aura dan sebagainya. Ancaman juga bisa datang dari individu yang
dirinya sendiri terganggu namun seolah bersikap bijak karena dalam prosedur ini
klien tidak perlu bertatap muka dengan dirinya.
Lepas dari hal
itu, para konselor akan sanggup tampil online bukan hanya sesuai
kualifikasi mereka, tetapi juga belajar kualifikasi lain karena harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien dan potensi pasar. Para konselor yang
menggunakan media ini seharusnya melaporkan mana yang lebih efektif, mengonsultasi
klien-klien dengan teknologi media baru ini ataukah praktik terbatas interaksi
tatap-muka di fasilitas konseling.
Perubahan besar
lain juga muncul menjelang abad XX dan mempengaruhi bidang konseling secara
signifikan adalah globalisasi ekonomi. Fenomena ini meliputi pengintegrasian
secara internasional produk, pasar dan aliran bebas modal yang semakin besar.
Dalam hal ini Amerika Serikat menjadi saksi gerakan dari pasar lokal ke pasar
nasional lalu pasar global. Sehingga pada saat itu Amerika menjadi negara yang
maju pesat.
Walaupun
Amerika Serikat bisa berbangga hati terhadap pencapaian-pencapaian yang sudah
di buat di abad XX namun sebenarnya bangsa ini menjadi semakin terpuruk. Banyak
masalah dan penyakit sosial yang telah menyengsarakan jutaan warganya.
Persoalan ini meliputi: peningkatan epidemi AIDS; ketergantungan jutaan orang
pada obat terlarang dan alkohol; semakin meningkatnya jumlah anak dan perempuan
yang dianiaya dalam kekerasan rumah tangga dan ketidak adilan sosial; semakin
tingginya angka kehamilan tidak diinginkan (entah karena seks bebas atau kasus
perkosaan) dan karenanya jumlah anak dengan orang tua tunggal atau telantar
ikut meningkat; semakin tingginya angka bunuh diri dan aktivitas kriminal di
populasi remaja; masih tidak hilangnya kasus-kasus DO pada siswa; munculnya
kembali dalam bentuk-bentuk baru berbagai ketidak-adilan sosial dan
ketidakpedulian pada kemanusiaan; bangkrutnya nilai usaha di semua bidang dari
sektor politik hingga bisnis kecil; dan sebagainya. Amerika Serikat mungkin
masih bisa dikatakan sebagai bangsa adidaya oleh dunia luar, namun jika dilihat
dari dalam secara psikologis dan sosiologis ia sebenarnya sudah di ambang
kehancuran.
Lebih jauh
lagi, bila membahas problem-problem ini kita mencatat kalau banyak dari isu
tersebut memerlukan bukan hanya penanganan segera tapi juga upaya preventif
agar tidak membesar dan berdampak pada yang lain. Hanya pencegahan yang
memiliki prospek menghilangkan sepenuhnya jumlah korban potensial di semua
jenis penyakit sosial ini.
Jadi, pada
dekade pertama abad XXI ini kita melihat peluang bagi konseling untuk menjadi
‘profesi penolong’ sesungguhnya, bukan lain karena kemampuan historisnya
merespons kebutuhan masyarakat selama ini, dan khususnya untuk antisipasi
dekade-dekade kedepan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gerakan bimbingan dan konseling sekolah, yang selama
bertahun-tahun beroperasi secara unik di dalam pendidikan di Amerika Serikat,
awalnya hanya berfokus kepada bimbingan siswa untuk memilih karier dan
menyesuaikan pendidikannya sekarang dengan karier yang akan dipilihnya nanti.
Namun, setelah beberapa dekade berlalu, fokus awal itu sekarang sudah menyebar
lantaran sejumlah pengaruh gerakan yang lainnya. Fokus juga menyebar lantaran
program bimbingan dan konseling harus menyikapi perubahan zaman yang tidak bisa
ditawar-tawar seperti depresi ekonomi, krisis perang dan lain-lain.
Sementara itu, aspek publik atau komunitas gerakan
kesehatan mental awalnya difokuskan pada pengurungan di rumah dan perawatan
minimal. Namun demikian, di abad XIX pemerintah Amerika Serikat mendukung
pembangunan rumah-rumah sakit jiwa ditingkat negara bagian. Lalu dipergantian
tahun 1908, gerakan kesehatan mental mulai mendapatkan bentuknya dari tulisan
Clifford Beers, dan pusat-pusat penanganan kesehatan mental ditaraf lokal pun
dimulai.
DAFTAR
PUSTAKA
Mashudi,
Farid, Psikologi Konseling (Yogyakarta: IRCiSoD, 2012)
Gibson,
L. Robert & Mitchell, H. Marianne, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar